Aksi Darurat 29 Agustus 2025 diwarnai Tindak Represif Aparat

 


Surabaya, 29 Agustus 2025 – Aksi darurat yang digelar pada 29 Agustus 2025 di Grahadi, Surabaya, berujung pada kekerasan dan kekacauan. Aksi ini merupakan bentuk protes kolektif masyarakat terhadap kenaikan pajak hingga 200% serta kenaikan tunjangan gaji anggota DPR, yang dinilai merugikan rakyat.

Selain itu, aksi ini dipicu insiden pada 25 Agustus lalu, ketika seorang pengemudi ojek online tertabrak oleh kendaraan berlapis milik Brimob. Kejadian tersebut memicu kemarahan masyarakat hingga terjadi unjuk rasa serentak di berbagai kota besar di Indonesia.

Dalam aksi 29 Agustus, massa menyuarakan tiga tuntutan utama, yakni:

  1. Membatalkan kenaikan gaji anggota DPR.

  2. Menghentikan tindakan represif terhadap warga sipil yang tak bersalah.

  3. Memberikan restitusi dan pemulihan bagi seluruh korban kekerasan polisi.

Aksi awalnya berlangsung damai selama 30 menit dengan penyampaian aspirasi dan orasi. Namun, situasi segera memanas ketika muncul aksi vandalisme berupa mural dan tulisan protes di dinding hingga jalan raya.

Eskalasi semakin meningkat saat terjadi pelemparan batu, disusul bom molotov yang diarahkan ke Gedung Grahadi. Molotov tidak mencapai bangunan utama, tetapi membakar area parkir motor. Puluhan sepeda motor, termasuk milik aparat dan pegawai, ludes terbakar. Massa juga merusak fasilitas umum untuk melempari aparat.



Hingga pukul 16.00 WIB, massa terus berdatangan. Situasi yang semakin tidak terkendali membuat aparat kepolisian menurunkan personel dengan perlengkapan lengkap, serta mengerahkan water cannon dan menembakkan gas air mata.

Setelah pukul 17.00 WIB, jumlah gas air mata yang ditembakkan mencapai sekitar 200 kali. Meski demikian, massa tetap melawan balik. Vandalisme, perusakan fasilitas umum, pembakaran motor, hingga perusakan gerbang Grahadi terus terjadi. Penjarahan juga dilakukan oleh oknum yang memanfaatkan situasi, termasuk pengambilan besi, rambu jalan, hingga bangkai motor dan perlengkapan aparat.

Bentrok berlangsung hingga malam. Massa dipukul mundur aparat menuju Jalan Panglima Sudirman hingga kawasan Tugu Bambu Runcing.



Sejumlah jurnalis yang meliput aksi turut menjadi korban represifitas, terkena semprotan water cannon dan gas air mata. Tercatat sekitar 20 tembakan gas air mata dilakukan secara membabi buta sebelum pukul 17.00 WIB.

Dampaknya juga dirasakan oleh warga sekitar, termasuk pegawai bank dan satpam perkantoran yang terpapar gas air mata.

Kericuhan tidak berhenti hingga malam. Massa dilaporkan membakar pos pantau polisi serta melakukan vandalisme di berbagai titik. Aksi baru mereda sekitar pukul 03.00 WIB dini hari, dan benar-benar tenang menjelang pukul 05.00 WIB.

Situasi ini menambah sorotan terhadap cara aparat menangani aksi massa, serta mempertegas gelombang protes masyarakat terhadap kebijakan pemerintah.

Posting Komentar

0 Komentar