Gelombang demonstrasi yang bermula di depan Gedung DPR/MPR RI pada 25 Agustus 2025 berkembang menjadi rangkaian kerusuhan nasional. Aksi yang awalnya menuntut transparansi anggaran DPR kemudian meluas ke berbagai kota besar, berujung pada pembakaran gedung DPRD, kerusakan fasilitas publik, hingga jatuhnya korban jiwa.
Penyulut Ketegangan
Pada 15 Agustus 2025, menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, beredar video anggota DPR yang berjoget-joget di tengah isu kenaikan tunjangan yang tengah hangat diperbincangkan. Banyak masyarakat menilai hal tersebut kurang pantas, mengingat kondisi rakyat yang sedang sulit.
Berita mengenai tunjangan anggota DPR kemudian dirilis pada 19 Agustus, dengan rincian tunjangan seperti beras sebesar Rp12 juta hingga tunjangan rumah sebesar Rp50 juta. Penjelasan Wakil Ketua DPR RI, Adies Kadir, yang memperlihatkan perhitungan gaji dan pengeluaran mereka per bulan, dianggap konyol dan memicu kritik besar-besaran di media sosial.
Kronologi Singkat Kerusuhan
25 Agustus 2025
Aksi protes dimulai di sekitar Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, dengan ribuan massa dari kalangan mahasiswa, buruh, dan masyarakat menuntut transparansi anggaran DPR serta pemangkasan tunjangan mewah. Aksi berubah ricuh ketika sejumlah kelompok membakar pos polisi di Petamburan dan memblokir jalan tol.
26–27 Agustus 2025
Tidak ada bentrokan besar yang dilaporkan, namun ketegangan di Jakarta tetap tinggi. Aparat memperketat penjagaan di DPR dan sejumlah titik rawan. Meskipun aksi nasional belum meledak, gelombang protes mulai menyebar ke daerah lain.
28 Agustus 2025
Situasi memburuk setelah seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, tewas tertabrak kendaraan Brimob di dekat kompleks DPR. Peristiwa ini memicu gelombang kemarahan publik, menjadikan protes lokal berkembang menjadi isu nasional. Tagar solidaritas untuk Affan menjadi viral, memperkuat mobilisasi massa di berbagai daerah.
30 Agustus 2025
Kericuhan meluas ke belasan kota besar, termasuk Bandung, Makassar, Surabaya, Solo, dan Medan. Massa menyerang dan membakar gedung DPRD. Di Jakarta, rumah anggota legislatif Ahmad Sahroni di Tanjung Priok dirusak dan dijarah.
Analisis
Kerusuhan Agustus 2025 menunjukkan bahwa protes awalnya terkait tuntutan transparansi anggaran DPR berubah menjadi ledakan sosial yang lebih besar. Kematian Affan Kurniawan menjadi pemicu emosional yang menyatukan solidaritas publik lintas kelas sosial. Serangan simbolik terhadap lembaga legislatif, seperti pembakaran gedung DPRD, menjadi bentuk ekspresi ketidakpuasan.
Media sosial berperan besar dalam mempercepat mobilisasi massa dan memperkuat narasi ketidakadilan. Di sisi lain, respon represif aparat justru memperburuk eskalasi, memperdalam rasa ketidakpercayaan terhadap negara, dan memperlebar jarak antara pemerintah dan masyarakat. Tanpa dialog terbuka dan kebijakan transparan, kerusuhan ini berpotensi meninggalkan luka sosial dan krisis legitimasi politik jangka panjang.
0 Komentar