Puluhan massa yang tergabung dalam Gerakan Aksi Kamisan Suroboyo menggelar aksi di Taman Apsari, Surabaya pada Kamis (22/08). Mulanya massa aksi berkumpul sekitar pukul 16.00 WIB menggunakan pakaian serba hitam dan membawa spanduk bertuliskan “Aksi Suroboyo Kamisan Wani” sebagai simbol perjuangan dan perlawanan terhadap 17 isu pelanggaran HAM yang pernah dilakukan pemerintah Indonesia. “Hidup korban, jangan diam, jangan diam, lawan!” seruan yang disampaikan Zaldi Maulana selaku koordinator ketika membuka aksi hari itu.
Selain mengangkat isu pelanggaran HAM, lelaki yang akrab disapa Zaldi ini menjelaskan bahwa aksi kamisan kali ini mengusung tema “Indonesia Darurat Demokrasi” dan menjadi bentuk protes terhadap DPR yang telah melangkahi keputusan MK tentang revisi UU Pilkada.
Adapun beberapa tuntutan yang dilayangkan, yaitu:
- DPR, agar memasukkan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 60/PUU-XXII/2024 dan Putusan MK Nomor 70/PUU-XXII/2024 dalam RUU Pilkada.
- Presiden, agar berhenti mencampuri urusan politik Indonesia dengan kepentingan keluarganya.
- Seluruh aparatur negara untuk tegak lurus pada konstitusi, bersikap netral dan tidak memihak elit politik tertentu.
- Seluruh rakyat Indonesia, untuk melakukan pembangkangan sipil dan melawan segala tindakan kesewenang-wenangan, melanggar konstitusi, yang memberangus demokrasi serta menghancurkan HAM.
Zaldi menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat untuk segera membentuk front-front aksi yang lebih besar lagi.
“Aksi ini bukan yang terakhir kali, melainkan aksi ini adalah awal mula sebagai pemanasan sebagai aksi aksi selanjutnya yang jauh lebih kedepannya,” tegas Zaldi.
“Tidak ada kata berhenti tidak ada kata cukup untuk menunjukan tinju kita kepada kesewenang-wenangan negara. Mari terus ada dan berlipat ganda, mari terus berlipat ganda dan melawan tirani. Ingat suara rakyat adalah suara Tuhan, tangan rakyat adalah tangan Tuhan,” ucap salah satu orator aksi kamisan ini. Tidak hanya berorasi, beberapa massa nampak membacakan berbagai macam puisi salah satunya adalah puisi karya aktivis Widji Thukul berjudul Bunga dan Tembok.
Aksi pun selesai sekitar pukul 17.00. Sebelum membubarkan massa, Zaldi mengajak seluruh demonstran untuk kembali melakukan konsolidasi pada Hari Sabtu (24/08).
Penulis : Irhamna Bintang Pratama
Redaktur : Wayan Nayakha Krisna Putri
0 Komentar