Aksi Kawal Putusan MK Diwarnai Bentrokan dan Lempar Botol : Tetap Fokus pada Tujuan Aksi

Dokumentasi Farrel Hasyid Siregar/LPM Satu Kosong

Pada Hari Rabu (21/08), Baleg DPR memutuskan untuk menganulir putusan MK terkait syarat pencalonan kepala daerah yang sudah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi. Sebagai respons dari tindakan ini, mahasiswa dari kampus yang ada Surabaya serempak melakukan aksi perlawanan putusan Baleg DPR pada Hari Jumat (23/08) yang dilaksanakan di depan Gedung DPRD Jawa Timur.

Rombongan mahasiswa Universitas Airlangga mengawali barisan demonstran dengan tiba di lokasi aksi sebelum salat jumat, yang kemudian disusul oleh rombongan massa dari kampus lain. Sekitar pukul 13.00, massa memenuhi ruas Jalan Indrapura. 


Satu persatu perwakilan dari setiap organisasi yang tergabung dalam aksi kali ini menyampaikan orasinya di atas mobil komando. Seruan “hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia, hidup buruh, hidup perempuan yang melawan” terus digaungkan di tengah teriknya matahari guna membakar semangat massa. 


Ketika penyampaian orasi oleh perwakilan berbagai organisasi, tiba-tiba terdapat oknum yang melakukan pelemparan kepada pihak kepolisian sehingga memicu massa aksi lainnya untuk melakukan pelemparan. Setelah diusut, terdapat beberapa mahasiswa yang ingin menerobos kawat berduri lantaran anggota DPRD Jawa Timur tak segera menemui massa dan malah menonton di atas balkon gedung sebagai pemicu aksi lempar-lemparan ini. 


“Hati-hati provokasi, rapatkan barisan kawan-kawan. Satu komando,” seru salah seorang orator. 


Dokumentasi Farrel Hasyid Siregar/LPM Satu Kosong


Beberapa demonstran merasa, pembatalan pengesahan RUU Pilkada oleh DPR RI hanya untuk menenangkan rakyat dan terasa tidak tulus hati. 


Dari beberapa kampus yang mengikuti aksi tadi siang, ITS sedikit ketinggalan dalam aksi. Amin selaku Sekretaris Jenderal 1 BEM ITS mengklarifikasi bahwa ITS melakukan mobilisasi sekitar pukul 12.30 dikarenakan agenda salat jumat.


“BEM ITS sudah merencanakan untuk mobilisasi massa dari ITS setelah jumatan,” jelas Amin. 


Saat ditanyai tentang tindak lanjut ITS setelah aksi pengawalan keputusan MK hari ini, Amin menjelaskan, ”Kita akan mengawal keputusan dari DPRD Jawa Timur.” 


Dalam keberjalanan aksi, terdapat sukarelawan yang membagikan air dan roti untuk menambah semangat mahasiswa. Adapun KSR PMI ITS yang berjaga di sekitar area aksi untuk membantu demonstran yang terluka atau pingsan saat aksi berlangsung. 


Sekitar pukul 14.30, koordinator aksi kembali mendesak Ketua DPRD Jawa Timur, Kusnadi, untuk turun dan bertemu demonstran. Namun hanya Freddy Purnomo, anggota Komisi A DPRD Jatim, yang turun menemui massa aksi. 


“Kami tidak ingin mendengar penjelasan anda, kita saat ini ingin ketua langsung (yang turun),” gertak koordinator aksi. 


Freddy menjelaskan bahwa saat ini ketua DPRD Jatim sedang sakit. Namun, koordinator aksi tetap bersikeras untuk dipertemukan dengan Kusnadi. Tak lama, Kusnadi pun turun dengan kawalan dari kepolisian. Kusnadi mengatakan bahwa DPRD Jawa Timur mendukung sepenuhnya tuntutan aksi.


“Saya mendukung tuntutan dari seluruh elemen masyarakat untuk tidak mengotak-atik keputusan yang telah disahkan oleh MK, itu adalah keputusan tertinggi dan mari kita kawal untuk tidak diotak-atik,” jelas Kusnadi. 


Koordinator aksi pun meminta Kusnadi untuk menandatangani nota kesepakatan yang berisikan 5 tuntutan, yaitu:

  1. Mendesak Presiden dan DPR RI untuk mematuhi konstitusi.

  2. Menuntut Presiden dan DPR RI untuk menghentikan segala upaya untuk Revisi UU Pilkada.

  3. Menuntut Presiden Jokowi untuk menghentikan cawe-cawe politiknya dengan memanfaatkan lembaga negara dan mencederai konstitusi,

  4. Mendesak KPU RI untuk patuh pada putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 60/PUU-XXII/2024 dan Nomor 70/PUU-XXII/2024.

  5. Menuntut dan mendesak setiap fraksi di DPR RI, terutama yang dapil Surabaya dan khususnya DPRD Jatim untuk menolak semua upaya Revisi UU Pilkada 2024.


Setelah aksi demonstrasi selesai sekitar pukul 15.30. Sebelum meninggalkan tempat aksi, mahasiswa mulai memungut sampah plastik, kertas, dan kardus yang berserakan di aspal. Beberapa mahasiswa juga berteriak “mohon kesadarannya masing masing” sambil mengambil botol plastik dan membuangnya di trash bag hitam yang disediakan dalam upaya untuk membersihkan area demonstrasi dari sampah konsumsi mahasiswa.


Penulis : Farrel Hasyid Siregar dan Irhamna Bintang Pratama
Redaktur : Wayan Nayakha Krisna Putri

Posting Komentar

0 Komentar