Lahir
Sekarang mari kita turunkan
rumus ini dengan sederhana, apakah Presiden BEM
ITS adalah seorang pemimpin karena dia Presbem, ataukah dia Presbem karena dia
seorang pemimpin? Rumus yang sama bisa kita terapkan terhadap
berbagai pimpinan ormawa tingkat institut lainnya, BLM ITS, MWA WM ITS, LMB
ITS, atau bahkan Ketua-ketua BEM Fakultas yang baru saja terpilih periode ini.
Apakah selama ini presbem dan para petinggi itu memang telah menjadi pemimpin?
Ataukah dia dipaksa menjadi pemimpin karena memegang jabatan tertinggi, posisi
tertinggi, yang pastinya tidak lepas dari intrik dan aspek politik kampus yang
bermain keras di setiap pemilihan, ntah dari
golongan manapun itu.
Apakah mereka memang
telah tumbuh sebagai pemimpin? Sehingga posisi itu datang bagai magnet utara-selatan dengan kemampuan dan sikap
‘kepemimpinan’ mereka? Petuah yang sering kita dengar, “Nahkoda handal lahir
dari laut yang buas dan bergelombang”. Namun, masalahnya adalah laut itu yang
mana? Tempat mereka berkembang sebelum menjabat? Atau justru jabatan ketika
mereka menjabat? — aspek dilihat dari
kesejahteraan KM ITS.
Lama sekali BEM ITS
terjebak dalam masalah-masalah besar dan sifatnya internal, mulai dari
periodisasi yang selalu terlambat, pengurus yang hilang-hilangan, isu-isu yang
selalu berputar, pawai wisuda (?), koordinasi antar ormawa, dan yang
terakhir ini. Yup, tidak lepas juga tentang
BLM yang senatnya menghilang. Semua itu masalah umum yang terjadi 2–3 tahun
ini. Banyak lagi ormawa tingkat institut yang bermasalah.
Secara umum banyak aspek
yang jadi akar masalah, sederhana saja seperti MTT yang berlarut-larut, ormawa
yang enggan bekerja sama dengan serius, pengurus yang tidak profesional dan
berkapabilitas, dan sebagainya, tapi bagaimana jika kita bahas aspek paling
tinggi dan gagah itu, “Sang Pemimpin beserta jajaran Pimpinannya”? Mari kita
pecah jadi dua telaah aspek, (1) tentang bagaimana mereka ditumbuhkan, (2)
tentang bagaimana mereka terpilih.
(1)
KM ITS punya dua laut
sumber untuk melahirkan pemimpin: LKMM Pra-TD dan Kaderisasi Himpunan. Secara
umum, pertama kali mahasiswa ITS dicekoki soal manajemen adalah dari LKMM, di
sana mereka belajar persepsi dan berpikir kritis, berbicara efektif dan
mendengar aktif, hingga Ambisi Kenyataan Usaha — Sasaran Risiko Konsekuensi (AKU-SRK). Materi yang tidak
main-main, setiap mahasiswa digiring untuk mampu menetapkan tujuan mereka
selama empat tahun kedepan, diajak untuk menjaga persepsi dengan benar, hingga
mengenal diri sendiri. Materi yang sangat cukup untuk membentuk seseorang yang
siap memimpin dirinya sendiri. Kaderisasi Himpunan mengajarkan mahasiswa untuk
hidup bersama sebagai satu kesatuan yang kuat di ekosistem departemen
masing-masing. Di sini, mereka mulai menyadari tentang tanggung jawab sebagai
individu, dan tanggung jawab sebagai komunitas/kelompok/angkatan.
Sekarang mari kita lihat
para individu yang menjadi top management di
tiap ormawa, khususnya ormawa tingkat institut, bukankah mereka harusnya adalah
persona yang sudah lolos dari dua laut mahabesar dan mahaberguna itu. Namun,
tetap saja masalah-masalah KM ITS tidak selesai. Ataukah, LKMM selama ini gagal
membawakan materi-materi sakral tersebut dengan benar? Tentu tak bisa penulis
validasi tanpa kaji mendalam. Sekarang kita rujuk kaderisasi, apakah memang
kaderisasi di ormawa ITS masih begitu buruk hingga tidak bisa memberi kader
terbaik mereka untuk Ormawa tingkat institut? Harusnya kumpul komunal,
penugasan angkatan, buku angkatan adalah tanda mereka telah berhasil bekerja
sama menghadapi persoalan sekitar.
(2)
Bukan rahasia umum lagi
bahwa jabatan-jabatan di ormawa tingkat institut adalah jabatan politis, bahkan
Presiden BEM pun dipilih dengan cara-cara politis. Kata-kata yang
sering beredar di atas ketika proses pemilihan presbem adalah ‘kalo mau nyalon presbem itu akar rumputnya harus kuat, kalo ga, ga
mungkin terpilih’ — akar rumput adalah
perumpamaan untuk golongan dari mana dia berasal (ntah agama, komunitas, UKM,
fakultas, ataupun himpunan dia berasal). Tidak salah, karena memang tidak
mungkin dia bisa terpilih tanpa akar rumput yang kuat. Siapa yang bisa menjual
diri sendiri kepada belasan ribu mahasiswa tanpa bantuan dari orang-orang dan
golongannya? Minimal dia harus jadi selebgram/selebtok, atau selebX, karena
trending akhir-akhir ini muncul dari X.
Seseorang yang ingin
menjadi presbem harus ditolong oleh banyak orang untuk menyebarkan visi misi
dan menampung aspirasi dan suara dari ribuan mahasiswa, dan itu keniscayaan.
Lagi-lagi risiko paling sederhana adalah, banyak
mulut yang harus diberi makan. Tidak hanya makan untuk para
pendukung-nya, tetapi juga pihak-pihak yang mereka diamkan. Maka tidak heran beberapa jabatan top management selalu bernuansa politis, ada
orang-orang yang telah memperjuangkan seseorang agar bisa menjadi pimpinan
tertinggi, dan budi (bukan Budi Arie ataupun Heru Budi) mereka harus dibalas
dengan baik.
Namun, tentunya mereka
memenangkan kompetisi itu karena kompetensi mereka, membuat rencana organisasi,
bernegosiasi dengan berbagai Ketua HMD, merumuskan rencana untuk KM ITS, dan
hal-hal yang mungkin tak bisa dilihat/raba mahasiswa awam lainnya. Mereka pantas
berada di sana karena mereka memenangkan kompetisi dengan fair. Tidak seluruhnya seperti itu, lagi-lagi
tentu sang pemimpin tertinggi tetap memilih jajarannya dengan meritokrasi dan
kapabilitas, jika tidak dia akan habis dicecar para Ketua HMD dan Ketua BLM.
(Elaborasi)
Jika aspek (1) itu benar
dan baik, harusnya pemimpin tersebut telah selesai dengan dirinya sendiri, dan
mampu berdiri gagah sebagai seorang individu. Jika aspek (2) itu juga benar dan
baik maka ada banyak tantangan politis yang akan dihadapi si pemimpin. Jika
dua-duanya gagal maka jadilah si pemimpin ikan asin yang dicuri kucing oyen
tiap malam tapi dikembalikan lagi untuk dijilat lagi esok harinya. Sejauh ini
KM ITS terus tumbuh, meski itu seringkali dia dipangkas daun atau akarnya oleh
banyak masalah, bahkan beberapa berniat menebangnya (read: bubarkan!). Begitupun BEM ITS, dengan seabrek
drama yang terus bermunculan, presbem harus menjadi pemimpin bukan lagi
presbem. Seringkali para petinggi ini tidak menyadari dirinya telah menjadi
anak kecil dengan sikap tak mau kalah, merasa paling benar (contoh nyata: di
setiap MTT).
Aspek (2) kadang punya
risiko jangka panjang, mereka jadi tendensius, saling mencurigai, disbelief satu sama lain. Seperti kisah lord of the rings, mereka menjadi gollum karena
terperangkap terlalu lama pada cincin, pada kekuatan, pada kekuasaan. Rekan
dan sahabat dilahap lewat delusi bodoh dan egosentris. Semakin keujung
kepengurusan semakin hilang perjuangan untuk bersama, muncullah perjuangan
untuk ‘yang sama’. Tidak heran nantinya fase perebutan kekuasaan akan jadi
ladang tumpah darah pertarungan antar golongan, pion masing-masing diletakkan
di berbagai tempat untuk menembakkan panah isu-isu kepentingan dan nama baik.
Lagi-lagi kelihaian politik kampus akan memenangkan si presbem, bukan Sang
Pemimpin.
(Pemimpin)
Sebentar, kita kembali
dulu, jadi bagaimana seharusnya seorang pemimpin dilahirkan di KM ITS? Menyebut
LKMM Pra-TD selama ini gagal tentu akan membuat hati para pemandu yang telah
mengabdi begitu lama tersakiti. Menghakimi Kaderisasi Himpunan sebagai wadah
yang salah sasaran tentu akan mengundang amarah para-Elder himpunan yang telah
mengorbankan sebagian masa perkuliahan mereka. Mungkin saja memang dua
pelatihan ini tidak cukup, mungkin saja pemimpin itu bibit langka yang muncul
sekali seribu tahun, mungkin saja pemimpin itu jatuh dari langit saat diesnat
yang ke-100, mungkin saja pemimpin itu tengah sembunyi dibalik kesibukan MSIB.
Sedangkan saat ini?
Mungkin saja presbem saat ini bukanlah pemimpin, tetapi tetap saja sebagai
presbem harusnya dia sadar bahwa dia seorang pemimpin maka dia harus bertindak
sebagai pemimpin, pemimpin KM ITS. Sudah terlalu lama kita merindukan presbem
yang Pemimpin. Yang tumbuh dan menumbuhkan pohon layu ini.
“Di chapter terbaru, ternyata terbukti bahwa Gojo kuat karena Gojo adalah Gojo, buktinya Yuta gagal menggunakan teknik kutukan dan six eyes Gojo untuk mengalahkan Sukuna, selain memang karena Sukuna terlalu overpower dan Gege Akutami yang Ga ngotak”
----------------------------
“Cinta sekali aku dengan KM ITS ini, ia
seperti api yang selalu kuberi waktu dan tenaga ku sebagai kayu bakar, tetapi
ia panas dan menyakitkan, menghabisi embun sejuk di pagi hari yang penuh
harap!”
-burunghantu
Ditulis dan dikarang sebagai buah pemikiran dan pengamatan
untuk memantik kesadaran segenap daun-daun muda KM ITS,
Penulis: M. Izzul Haq
Redaktur: Dela Aulia
0 Komentar