Secara umum, krisis ekonomi adalah
kondisi di mana perekonomian suatu negara mengalami gangguan parah sehingga
pertumbuhan melambat, pengangguran meningkat, daya beli menurun, dan stabilitas
keuangan terguncang. Dalam kasus ini, peristiwa akhir Agustus 2025 membawa
dampak yang cukup signifikan, terutama terhadap perekonomian nasional.
Dilansir dari Reuters, Indeks Saham
Jakarta (IHSG) anjlok hingga 2–2,3% pada 29 Agustus. Angka tersebut merupakan
yang terendah dalam dua minggu terakhir akibat kekhawatiran investor atas
ketidakstabilan politik. Nilai rupiah pun melemah hampir 1%, menyentuh level
terlemah sejak awal Agustus. Kondisi ini mencerminkan rapuhnya kepercayaan
pasar terhadap situasi dalam negeri.
Selain itu, dampak kerusuhan juga terasa
pada sektor infrastruktur publik. Halte Transjakarta, stasiun MRT, dan sejumlah
mal ditutup atau mengurangi jam operasional demi alasan keamanan. Situasi ini
menimbulkan risiko terganggunya distribusi produk. Menteri Perdagangan memang
memastikan pasokan barang tetap stabil, namun kekhawatiran terhadap distribusi
masih menghantui.
Apabila kondisi kerusuhan terus
berlanjut, masyarakat berpotensi terdorong melakukan panic buying, yaitu pembelian barang secara besar-besaran karena
panik, takut harga naik, atau khawatir barang menjadi langka, serta stockpiling, yaitu tindakan mengumpulkan
dan menyimpan barang dalam jumlah banyak sebagai persediaan. Kekacauan di
lapangan sulit diprediksi, sementara penutupan jalan membuat masyarakat merasa
akses terhadap bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya terancam. Akibatnya,
mereka lebih memilih menimbun persediaan di rumah untuk mengurangi risiko harus
keluar di tengah kerusuhan.
Jika praktik panic buying ini meluas, konsekuensi ekonomi yang muncul dapat
semakin serius. Permintaan melonjak drastis sementara pasokan terbatas,
terjadinya inflasi, dan harga-harga barang mulai naik tak terkendali. Kemudian,
masyarakat cenderung menunda konsumsi setelah stok menumpuk, sehingga memicu
deflasi. Nilai rupiah memang tampak menguat secara domestik karena daya belinya
naik, namun kondisi tersebut justru dapat berujung pada krisis ekonomi moneter
yang berkelanjutan apabila tidak segera dikendalikan.
Referensi:
Sulaiman, S., & Wee, R. (2025, August 29). Indonesia stocks, rupiah dive as political unrest jolts investors. Reuters. Diakses 2 September 2025, dari https://www.reuters.com/world/asia-pacific/indonesia-stocks-rupiah-dive-political-unrest-jolts-investors-2025-08-29/?utm_source=chatgpt.com
0 Komentar