Tahun 2048, semuanya kacau berantakan. Kehidupan manusia sudah tidak normal lagi. Semuanya diselimuti ketakutan juga kekhawatiran yang tidak pernah padam. Arkana, lelaki miskin yang hidup sebatangkara di kota yang sudah hancur, bertekad untuk membuat semuanya kembali normal seperti sediakala tanpa ada ketakutan dan kekhawatiran setiap harinya. Kana panggilannya, tidak pernah dia tidak tersenyum sejak dua tahun lalu, walau hidupnya begitu berat dan menyebalkan. Mustahil memang mewujudkan impiannnya ketika dia bukan siapa-siapa di dunia yang luas ini.
Saat ini, dunia diselimuti kegelapan. Tidak pernah ada cahaya matahari lagi yang terlihat. Sudah dua tahun ketidaknormalan ini berlalu, namun tidak ada satu pun tanda yang menyatakan bahwa dunia akan segera baik-baik saja. Dua tahun lalu Meteor berjatuhan menghantam bumi di berbagai belahan secara bergantian, banyak sekali korban jiwa karena kejadian itu. Ledakan yang disebabkan oleh Meteor di berbagai belahan dunia mengakibatkan bumi diselimuti awan hitam dan kehancuran di mana-mana. Setiap bulannya atau bahkan setiap minggunya pasti ada saja meteor yang lagi-lagi menghantam bumi, hal tersebut membuat semua orang diselimuti dengan ketakutan dan kekhawatiran akan kelangsungan hidup mereka.
Arkana saat ini berusia 24 tahun, dia menjalani hidup dengan bekerja keras untuk membiayai hidupnya sendiri. Namun ternyata Kana tidak bisa melihat orang lain kesusahan dan selalu memberikan 3/5 dari penghasilannya untuk membantu warga yang membutuhkan, itulah alasan mengapa dia selalu hidup miskin walau selalu bekerja keras. Dua tahun lalu, kehidupan Kana baik-baik saja. Dia memiliki keluarga yang lengkap, memiliki ayah, memiliki bunda, memiliki seorang kakak perempuan juga memiliki adik laki-laki. Kana saat itu hidup bahagia sebagai seorang mahasiswa Teknik Informatika semester akhir. Namun siapa sangka tiba-tiba dunia hancur seketika, merenggut semua anggota keluarganya dan hanya menyisakan dirinya sebatang kara.
Suatu malam di tahun 2046, Arkana yang baru saja pulang, dia menghampiri keluarganya yang sedang makan malam.
“Bun, Yah, Kana pulang,” ucap Kana.
“Iyaa, mandi dulu Kana, nanti kalo mau makan Bunda taruh sini ya!”
“Iya Bun, makasih”
Kana bergegas menuju kamar mandi rumahnya untuk mandi, selepas mandi dan ketika kana sedang berpakaian tiba-tiba sesuatu yang nyaring terdengar begitu keras di telinganya. Dia segera melihat kearah jendela kamarnya, dalam hitungan detik tiba tiba rumahnya hancur setengahnya dan hanya menyisakan setengah bagian kamarnya saja. Kana yang saat itu merasakan angin kencang menembus badannya lalu berputar 180° dan melihat semuanya telah kacau berantakan. Seketika Kana terjatuh dan masih mencerna apa yang sedang terjadi. Beberapa detik kemudian Kana bangkit dan meneriakan nama keluarganya.
“bunda, bun… bunda dimanaa? Ayaahh, ayah dimana yahh?” teriak Kana
Setelah beberapa menit mencari keluarganya, akhirnya dia menemukan tubuh bundanya yang sudah tidak bernyawa. Hati Kana hancur berkeping-keping melihat bunda yang dia sayangi sudah tidak mungkin bersama dengannya lagi. Selang beberapa detik dia menemukan tubuh kakak dan adiknya yang sudah tidak bernyawa juga.
“Kana” panggil ayah lirih.
“ayah? Ayah dimana?” ucap Kana sembari mencari asal suara yang memanggil namanya. Kana tidak menemukan sosok ayahnya namun menemukan asal suaranya. Ayah Kana tertimbun reruntuhan bangunan hingga tidak satupun anggota badannya terlihat di permukaan. “Kana, ayah nggak tau ini ada apa, tap…tapi ayah yakin Kana pasti akan hidup Bahagia dan bisa menjalani kehidupan Kana, walaupun sendirian.” Ucap ayah lirih
“ayah jangan bilang apa-apa ya? Biar Kana tolong ayah dulu…Ayah pasti akan baik-baik saja!” Kana berusaha menarik reruntuhan bangunan yang menutupi sekujur tubuh ayahnya, Ketika Kana berhasil menarik reruntuhan bangunan itu darah segar mengalir seperti air. Kana terkejut melihat itu dan segera menutupi dada ayahnya yang menjadi sumber keluarnya darah segar. Darah tersebut mengalir akibat Kana menarik reruntuhan bagunan, besi bangunan tersebut berhasil menembus dada kiri ayah Kana.
“maaf yah… maafin Kana” ucap Kana lirih, tangisnya tidak dapat ia bendung lagi.
“tidak apa-apa Kana … hidup yang baik ya… semoga Kana Bahagia.. maafin ayah Kan..a…” tepat Ketika kata terakhirnya terucap anggota terakhir keluarga Kana pergi untuk selama- lamanya.
Semesta saat itu tidak membiarkan kana sedih berlama-lama, Meteor lain berhasil mendarat tepat 900 m dari tempat Kana berdiri. Walaupun jauh tetap saja anginnya berhasil menghempas sisa bangunan rumah Kana yang sudah rapuh. Kana yang saat itu masih diam terpaku, tidak sadar bahwa ada reruntuhan yang akan menimpaya. Alhasil setengah tubuh Kana tertimpa reruntuhan bangunan rumahnya sendiri, hal tersebut berhasil membuat Kana tidak sadarkan diri.
Kana terbangun ditempat yang sebelumnya tidak dia kenali. Kana terus bertanya-tanya dalam benaknya diamanakah sekarang dia berada, suara tangisan terus terdengar ditelinganya. Suara Langkah kaki dan suara roda berputar pun terus bergema di ruangan asing yang saat itu dia tinggali. Sakit itulah yang kana rasakan disekujur tubuhnya, namun Kana merasakan seperti ada sesuatu yang hilang. Kana memaksakan diri untuk mengambil posisi duduk, benar saja tenyata Kana kehilangan satu kakinya. Kana terkejut dan tidak bisa berkata-kata, satu orang wanita paruh baya berpakaian seperti perawat menghampiri Kana dan bertanya apakah Kana merasakan ada yang sakit. Kana hanya menggelengkan kepalanya karena rasa keterkejutannya berhasil membuat sakit disekujur tubuh Kana menghilang.
Setelah berhari-hari menyembuhkan diri dirumah sakit, Kana akhirnya diperbolehkan untuk pulang. Namun kemanakah Kana harus pulang, itu yang selalu dia debatkan setiap harinya. Kana akhirnya menuju rumah kedua orangtuanya, Kana tahu rumahnya sudah menjadi gundukan reruntuhan tapi dia sudah tidak memiliki tujuan yang ingin dia tuju lagi sekarang. Ketika Kana sampai di tempat yang berhasil menewaskan seluruh keluarganya, hati kana hancur dan sakit hingga terasa seperti hatinya terpecah-belah. Kana duduk diatas reruntuhan bangunan, sambil menatap langit yang saat itu sudah tidak pernah terang lagi.
“Kana harus gimana? Kana harus kemana? Kana rindu masakan bunda, rindu melihat ayah minum kopi di sore hari sambil memperhatikan senja, rindu adik yang selalu membikin pusing kepala Kana, juga rindu kakak yang selalu menjahili Kana …. Kana harus gimana?” ucap Kana lirih Saat Kana sedang memperhatikan kondisi di sekitarnya, dia menemukan sebuah jepit yang selalu dipakai bundanya, Kana mengambilnya lalu tersenyum miris.
“Kana tahu bunda sudah tenang disana” ucap Kana
Beberapa detik setelah mencari barang lain yang mungkin bisa dia simpan dan bawa, Kana menemukan selembar foto yang sudah usang dan kotor. Ternyata foto itu foto keluarga lengkap Kana yang dulu sempat diambil ketika mereka sedang berlibur di sebuah pantai. Kana pergi meninggalkan tempat yang dulu pernah menjadi tempat paling membahagiakan dalam hidupnya. Kana terus berjalan tanpa memiliki tujuan.
Di tengah perjalanan yang Kana lakukan tanpa tujuan itu, Kana berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Kana pikir untuk apa dia hidup ketika berjalan dengan benar tanpa batuan tongkat saja dia tidak bisa. Semuanya sudah hancur, Kana sudah tidak memiliki siapa pun yang bisa menemaninya didunia ini. Tepat ketika Kana ingin mengakhiri hidupnya menggunakan pecahan kaca yang ditemukannya di jalan. Seseorang berteriak meminta tolong, Kana yang mendengar teriakan keputusasaan itu segera menghampiri asal suara yang dia dengar. Kana menemukan sepasang suami istri yang sedang mengalami keputusasaan. Kana bertanya apa yang terjadi, sang suami menjawab bahwa istrinya akan segera melahirkan, namun dia tidak bisa membawanya menuju rumah sakit karena dia tidak bisa melihat sejak ledakan Meteor minggu lalu, saat itu serpihan kaca berhasil menusuk mata laki-laki itu. Kana dengan sigap mengambil gerobak sampah yang dilihatnya dengan susah payah dan membantu istri laki-laki tersebut masuk kedalam gerobak. Kana mendorong gerobak tersebut sekuat tenaga, walaupun hanya dengan satu kaki Kana tidak ingin laki-laki yang ditemuinya itu kehilangan anggota keluarganya. Berutung keberadaan rumah sakit tidak jauh dari tempat Kana menemukan sepasang suami istri tersebut. Kana berhasil menyelamatkan dua nyawa yang sedang berada dalam masa terberat mereka. Dari kejadian tersebut Kana berpikir bahwa mengakhiri hidupnya bukanlah keinginan yang diinginkan ayahnya. Kana hanya tidak bisa berjalan dengan sempurna, bukan berarti Kana sudah tidak bisa berjalan lagi, di dunia ini saja masih banyak orang mengalami kondisi lebih berat dari yang Kana alami dan mereka masih bisa terseyum. Lalu kenapa kana harus menyerah, itulah yang Kana pikirkan hingga akhirnya Kana memutuskan untuk menjalani kehidupan sebaik-baiknya. Saat itu Kana tinggal di suatu tempat pengungsian dan bekerja menjadi relawan di intansi pemerintah sebagai computer network engineer, walaupun belum lulus setidaknya dalam keadaan darurat seperti itu
pekerjaan tersebut sangat membutuhkan relawan dan secara kebetulan Kana ahli
dalam bidang tersebut.
Dua tahun berlalu Kana sudah terbiasa menjalani kehidupan barunya, pekerjaan baru. Orang-orang di pengungsian yang sudah dia anggap sebagai keluarganya sendiri sehingga dia mendonasikan 3/5 penghasilannya untuk orang-orang yang tinggal disana. Setiap malam selepas bekerja seharian Kana selalu berusaha memikirkan solusi dari masalah yang saat itu menimpa seluruh dunia, namun Kana masih belum menemui titik terang karena keterbatasan alat dan pengetahuan yang dia punya.
Suatu malam di tempat yang selalu Kana kunjungi yaitu danau, Kana bertemu sesosok perempuan yang seumuran dengannya namun Kana tidak mengenalnya. Kana menebak sepertinya perempuan itu adalah pengungsi baru yang baru saja datang akibat ledakan Meteor minggu ini. Kana menghiraukan perempuan itu, tapi Ketika ekor mata Kana tidak sengaja menangkap perempuan itu menaiki pohon yang berada diujung danau, Kana tersentak kaget. Perempuan itu sepertinya ingin melompat dari atas pohon dan mengakhiri hidupnya. Kana segera bangkit dan menghampiri perempuan itu.
“sedang apa kau? Bunuh diri? Untuk apa? Apa kau tidak bisa mencari alasan lain untuk tetap hidup? Misalnya melihat senyuman orang yang kau sayangi atau hanya sekedar menertawakan masalalu?” teriak Kana.
“bukan urusanmu” ucap perempuan itu.
“ya, sudah terserah kau saja” ucap kana sembari duduk di samping pohon itu.
“dua tahun lalu, aku pun juga ingin melakukan hal yang sama denganmu, hanya beda caranya saja. Namun seseorang berteriak meminta tolong, ternyata ada seorang istri yang akan melahirkan tapi suaminya buta dan tidak bisa membawa istrinya yang sedang kesakitan itu. Entah apa yang ada dalam benakku saat itu, dengan satu kaki ini aku memberanikan diri membantu mereka menuju rumah sakit. Dari situ aku sadar, setidaknya daripada aku mati sia- sia… lebih baik aku hidup lebih lama dengan melihat senyuman dari berbagai wajah…” Perempuan itu turun dari pohon lalu duduk di samping Kana.
“entah apa masalahmu, yang jelas jangan pernah mengakhiri hidupmu dengan sia-sia begitu…” ucap Kana sembari bangkit dan melenggang pergi.
Keesokan harinya di waktu yang sama Kana kembali melihat sosok perempuan yang kemarin Kana lihat. Kana dan perempuan itu berkenalan hingga mereka berteman dan bertemu setiap harinya. Perempuan itu bernama Nara, Nara kehilangan semua keluarganya seperti Kana namun bedanya Nara memiliki pengaruh di negara yang Kana tinggali. Nara dan Kana saat itu memiliki tujuan yang sama yakni membuat dunia menjadi lebih baik, membuat semua kehidupan kembali normal dan membuat langit bisa menjadi cerah kembali. Nara kemudian mengumpulkan orang-orang berbakat dan berusaha memecahkan masalah yang sudah dua tahun tidak dapat dipecahkan oleh pemerintah yang dipimpin ayahnya. Kana dan Nara berusaha dengan sangat keras hingga beberapa tahun kemudian akhirnya mereka berhasil menemukan planet yang belum pernah ditemukan sebelumnya yaitu Planet Xiftarus. Planet Xiftarus sudah layak untuk ditinggali manusia, Planet Xiftarus mirip seperti Bumi pada Zaman dahulu. Berita adanya planet baru yang layak dan aman untuk ditinggali tersebut tersebar ke seluruh penjuru dunia. Semua negara bekerja sama untuk mewujudkan kehidupan normal. Enam bulan sejak ditemukannya planet itu, akhirnya kehidupan manusia yang normal dapat terwujud dan terealisasikan. Berbagai populasi mahluk hidup yang tersisa berhasil pindah dari bumi menuju planet Xiftarus mengunakan pesawat angkasa berkapasitas besar. Bumi semakin lama sudah semakin hancur dan sudah tidak bisa ditinggali umat manusia dan berbagai macam mahluk hidup lainnya lagi.
Setelah apa yang dilalui Kana dan Nara, sepertinya mereka saling jatuh cinta. Kana saat itu memberanikan diri melamar Nara untuk dia jadikan istrinya dengan jepit rambut peninggalan bundanya.
“aku kira kehidupan manusia normal tidak akan pernah aku jalani lagi setelah kejadian itu. Bertahun tahun tidak melihat cahaya matahari akhirnya bisa melihatnya lagi… semua itu berkat kamu Nara… terima kasih..” ucap Kana sembari memandang langit yang cerah.
“ini bukan hanya karena aku saja, melainkan karenmu dan semua manusia yang selalu memiliki tekad yang kuat akan keinginan yang mereka inginkan… kamu jelas tahu sendiri tanpa adanya motivasi dan tekad yang kuat, tujuan yang jelaspun hanya akan sekedar jadi angan-angan…” balas Nara pada Kana.
“Nara, aku tahu ini memang tidak tahu diri… tapi maukah Nara menjadi satu-satunya wanita yang Kana cintai hingga ajal menjemput Kana?” ucap Kana sembari menggenggam tangan Nara dan memperlihatkan jepit rambut peninggalan bundanya kepada Nara.
Saat itu Nara mengangguk yakin.
“ini jepit rambut peninggalan bundaku, apa kamu bener-benar bersedia menjadi pasanganku dan memakainya serta menjaganya? Maaf aku hanya bisa memberikan ini” tanya Kana untuk meyakinkan. Lagi-lagi Nara menjawab dengan anggukan yakin, Kana memasangkan jepit rambut itu di rambut Panjang Nara. Kehidupan manusia sudah kembali normal dan mereka memulai semuanya dari awal beberapa di antaranya mengenai teknologi, pendidikan, ekonomi juga pemerintahan.
Penulis: Lela Agustin
0 Komentar