Cagar budaya sebagai warisan peradaban kebudayaan yang menjadi bukti-bukti aktivitas manusia masa lampau. Salah satu tolok ukur tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari benda dan bangunan peninggalannya.
Kota Surabaya, kota yang dijuluki sebagai Kota Pahlawan ini menyimpan sejarah perjuangan Arek-arek Suroboyo dalam melawan penjajah. Mendengar kata "Surabaya" beberapa orang mungkin berbicara tentang Tunjungan, mlaku-mlaku nang Tunjungan atau cerita tentang peristiwa perobekan Bendera Belanda yang terkenal itu. Namun Kelurahan Alun-alun Contong menjadi salah satu saksi sejarah dinamika kehidupan yang terjadi di Kota Surabaya.
Kelurahan Alun-alun Contong yang terkenal sebagai Kawasan Kota Lama Surabaya ini memiliki banyak bangunan-bangunan berarsitektur kuno khas bangunan era Belanda ini menjadikannya berpotensi sebagai objek wisata heritage.
Keraton Surabaya
Jauh sebelum kemerdekaan, bahkan sebelum kedatangan para penjajah, Kota Surabaya sempat dihuni oleh kerajaan. Bukti sejarah Keraton Surabaya dapat dijumpai di Jalan Keramat Gantung berupa mulut gang sebagaimana bentuk gerbang keraton pada zaman kerajaan, serupa dengan yang terdapat di Yogyakarta.
Keraton Surabaya dahulu diperkirakan meliputi kawasan Kebonrojo sebagai Taman Keraton, Tugu Pahlawan sebagai Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul yang menjadi Alun-alun Contong. Beberapa nama jalan yang berada tak jauh dari Kampung Keraton ini antara lain Jalan Pandean atau tempat pandai besi dan Jalan Kawatan yang menjadi tempat kerajinan berbahan dasar kawat.
Kantor PBNU Pertama
Dalam perjalanan sejarah Nahdlatul Ulama (NU), diyakini bahwa kantor pertama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), yang kala itu masih disebut Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO), juga terletak di Kelurahan Alun-alun Contong, tepatnya di Jalan Bubutan IV. Gedung HBNO ini menjadi tempat terciptanya resolusi jihad yang kemudian dibacakan di Lapangan Tambaksari pada tanggal 22 Oktober 1945 dan sekarang diperingati sebagai hari santri.
Tempat Ayah Soekarno Mengajar
SDN Alun-alun Contong 1, yang terletak di belakang Kantor Gubernur Jawa Timur, menjadi saksi sejarah bahwa Soekemi Sosrodihardjo, ayah Presiden pertama RI Ir. Soekarno, pernah mengajar sebagai guru sekolah dasar pribumi pada 1901.
SDN Alun-Alun Contong tepatnya terletak di Jalan Sulung Sekolahan No. 1. Soekemi yang semula menjadi guru sekolah dasar pribumi di Singaraja, Bali, menerima surat pindah tugas ke Surabaya dari pemerintah kolonial Belanda dan mengajar di sekolah yang kala itu bernama Inslandzhe School Soeloeng kemudian berganti menjadi Hollandsch Islandsche School.
Bangunan heritage yang berada di sekitar wilayah Kelurahan Alun-Alun Contong tidak mudah tergerus dikarenakan aktivitas penduduk kelurahan yang tergolong berkepadatan rendah. Bangunan-bangunan heritage yang ada di sekitar wilayah Kelurahan Alun-Alun Contong tergolong ke dalam bangunan yang masih layak ditempati bahkan dijadikan objek wisata.
Potensi Wisata
Namun, menurut Sekretaris Kelurahan Alun-alun Contong, Bambang, belum terdapat wisatawan yang memberikan dampak secara ekonomi pada area Kelurahan Alun-alun Contong. Salah satu pusat pariwisata di Surabaya yang terletak di Alun-alun Contong, yaitu Tugu Pahlawan dikelola secara penuh oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sedangkan Kampung Pecinan yang terletak di Jalan Tambak Bayan, hanya menjadi selingan dari beberapa pemandu objek wisata di lokasi lain tanpa memberikan dampak secara ekonomi bagi Kelurahan Alun-alun Contong.
Untuk
mengembangkan potensi dari Alun-alun Contong, Bambang mengharapkan partisipasi
dan kesadaran masyarakat atas potensi yang ada di sekitar mereka. Dengan adanya
keterlibatkan masyarakat dalam Pokdarwis diharapkan bisa membangunkan wisata
Alun-alun Contong yang tertidur.
0 Komentar